Mohammad Said Reksohadiprodjo di mata sahabatnya
diterbitkan Yayasan Idayu tahun 1979; 184 halaman.
Mohammad Said Reksohadiprodjo merupakan Tokoh pendidikan,
menjabat sebagai pamong Taman Siswa sejak 1937 dan pinisepuh sejak
1971. Anggota DPA, Dewan Sensor, Dewan Film, Dewan Pers, dan Panitia
Nasional UNESCO. Kelahiran Purworejo, Jawa tengah, 21 Januari 1917 dan
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1979. Pendidikan Europeesche Lagere School
(ELS) sekolah rendah, Hogere Burger School (HBS) sekolah tinggi,
Geneeskundige Hoge School (GHS) Sekolah tinggi Kedokteran. Dikenal
sebagai Pamong dan Ketua Tamansiswa Cabang Jakarta, yang terletak di Jl.
Garuda 25, Kemayoran, Jakarta. Pada waktu NICA dengan membonceng
Serdadu Inggris menguasai Jakarta tahun 1945-1946 dan ibukota hijrah ke
Yogyakarta, tetap bertahan di Tamansiswa Jakarta dan mengibarkan Bendera
Merah Putih setiap hari. Maka tersebutlah bahwa Kompleks Perguruan
Tamansiswa Jakarta merupakan daerah Republik di tengah-tengah wilayah
yang dikuasai Serdadu Belanda di Jakarta. Beliau dikenal sangat dekat hubungannya dengan para seniman terkenal. Tamansiswa Jakarta
ibarat menjadi Cultuur Centrum (pusat kegiatan budaya) karena beberapa
tokoh-tokoh seniman ada yang menetap atau mengadakan berbagai kegiatan
pelatihan dan bekerja di situ, seperti pelukis S. Sudjojono dan Affandi,
musikus Nicolai Varfolomeyev malah wafatnya di situ, Daoed Yoesoef,
penyair Chairil Anwar, Nashar, Sitor Situmorang, Handrio dll. Dari
perguruan itu juga dilahirkan seniman-seniman muda seperti sutradara
film Syumanjaya, pelawak Ateng, penyanyi Benyamin, pelukis Syahnagra,
dan sebagainya. Ia tidak langsung mengajarkan materi seninya, namun
peran mendorong dengan semangat jiwa merdeka sampai lahir sikap merdeka
mengembangkan kreativitas itulah yang banyak diperoleh para seniman.
(Rp.45.000)