Monday, July 16, 2018

Mohammad Said Reksohadiprodjo di mata sahabatnya


Mohammad Said Reksohadiprodjo di mata sahabatnya
diterbitkan Yayasan Idayu tahun 1979; 184 halaman.
Mohammad Said Reksohadiprodjo merupakan Tokoh pendidikan, menjabat sebagai pamong Taman Siswa sejak 1937 dan pinisepuh sejak 1971. Anggota DPA, Dewan Sensor, Dewan Film, Dewan Pers, dan Panitia Nasional UNESCO. Kelahiran Purworejo, Jawa tengah, 21 Januari 1917 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1979. Pendidikan Europeesche Lagere School (ELS) sekolah rendah, Hogere Burger School (HBS) sekolah tinggi, Geneeskundige Hoge School (GHS) Sekolah tinggi Kedokteran. Dikenal sebagai Pamong dan Ketua Tamansiswa Cabang Jakarta, yang terletak di Jl. Garuda 25, Kemayoran, Jakarta. Pada waktu NICA dengan membonceng Serdadu Inggris menguasai Jakarta tahun 1945-1946 dan ibukota hijrah ke Yogyakarta, tetap bertahan di Tamansiswa Jakarta dan mengibarkan Bendera Merah Putih setiap hari. Maka tersebutlah bahwa Kompleks Perguruan Tamansiswa Jakarta merupakan daerah Republik di tengah-tengah wilayah yang dikuasai Serdadu Belanda di Jakarta. Beliau dikenal sangat dekat hubungannya dengan para seniman terkenal. Tamansiswa Jakarta ibarat menjadi Cultuur Centrum (pusat kegiatan budaya) karena beberapa tokoh-tokoh seniman ada yang menetap atau mengadakan berbagai kegiatan pelatihan dan bekerja di situ, seperti pelukis S. Sudjojono dan Affandi, musikus Nicolai Varfolomeyev malah wafatnya di situ, Daoed Yoesoef, penyair Chairil Anwar, Nashar, Sitor Situmorang, Handrio dll. Dari perguruan itu juga dilahirkan seniman-seniman muda seperti sutradara film Syumanjaya, pelawak Ateng, penyanyi Benyamin, pelukis Syahnagra, dan sebagainya. Ia tidak langsung mengajarkan materi seninya, namun peran mendorong dengan semangat jiwa merdeka sampai lahir sikap merdeka mengembangkan kreativitas itulah yang banyak diperoleh para seniman.
(Rp.45.000)